Sisi diagnosis suatu proses pengukuran atribut adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang bersangkutan. Sebagai suatu hasil ukur berupa angka (kualitatif), scoring system, yang disebut juga sebagai skor skala, memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Pada dasarnya, interpretasi skor skala selalu bersifat normative, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif dari distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup banyak subjek (n) dalam kelompok, mean skor skala (M), devisiasi standar skor skala(s) dan varians ( ),skor minimum( ), maksimum( ) dan statistik-statistik lain yang dirasa perlu. Deskripsi data ini memberi gambaran penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan subjek pada aspek variabel yang diteliti.
Suatu skor yang ditentukan melalui prosedur penskalaan akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval dan diinterpretasikan hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor pada level ordinal. Skor-skor mentah yang dihasilkan pada suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item-item dalam skala itu.
Relativitas hasil pengukuran selalu membawa permasalahan mengenai cara-cara pengelompokan (kategorisasi) apabila diperlukan pemisahan subjek ke dalam kelompok diagnosis yang berbeda.
Berikut adalah beberapa cara kategori subjek secara normatif dengan memanfaatkan statistik deskriptif guna member interpretasi terhadpa skor skala :
Kategori Berdasarkan Model Distribusi Normal
Kategori ini didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi dalam skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal.
Dalam kategorisasi berdasarkan model distribusi normal ini terdapat dua macam kategori, yaitu :
- Kategori Jenjang(Ordinal)
Menurut Saifuddin (2003:107) kategori ini memiliki tujuan menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas ke sangat puas, dan semacamnya. Banyak jenjang kategori diagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang, tetapi juga tidak kurang dari tiga jenjang. Misalnya menglompokan individu-individu ke dalam hanya dua jenjang diagnosis saja akan mengakibatkan resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak di sekitar mean kelompok.
Langkah-langkah penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang (ordinal) menurut Saifuddin (2003) adalah sebagai berikut :- Menentukan data statistik secara deskriptif berupa rentang minimum ( ), rentang maksimum( ),luas jarak sebaran,mean teoritis( ), dan deviasi standar( ).
- Menghitung data statistik secara deskriptif sebagai berikut :
- Menghitung p dengan menggunakan tabel distribusi normal, terlebih dahulu menentukan dan dengan rumus :
- Memilih p dengan nilai yang maksimal sehingga dapat ditemukan rentang skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu :
- Kategori Bukan Jenjang (Nominal)
Menurut Saifuddin (2003) kategori ini memiliki tujuan menempatkan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok diagnosis yang tidak memiliki makna “lebih” dan “kurang” atau “tinggi” dan “rendah”. Kasus semacam ini cocok untuk pengelompokan individu berdasarkan skor Pola Asuh yang diterimanya (Demokratis,Bebas,Otoriter), atau ketika kita akan melakukan kategorisasi peran jenis (feminism,maskulin,androgini,atau tidak tergolongkan).
Biasanya, karena kategori yang dikehendaki adalah kategori nominal maka tidak terletak pada satu kontinum. Artinya kita tidak dapat mengatakan bahwa skor pola asuh rendah berarti pola asuhnya tipe “bebas” dan kalau skornya lebih tinggi menjadi “demokratis” dan kalau “otoriter”.
Dalam konstrak teoritisnya, kategori seperti ini merupaka dimensi-dimensi yang terpisah. Dalam skala, masing-masing diungkapkan oleh aspek atau subskala yang berbeda isinya. Kategori ini terdapat dua komponen yaitu komponen internal dana komponen eksternal yang merupakan item-item yang dimiliki oleh komponen internal. Cara penyelesaian kategorisasi bukan jenjang sebagai berikut :- Menentukan komponen internal dan komponen eksternal.
- Menghitung skor pada masing-masing komponen, dengan :
- Menghitung skor mentah sebagai dasar kategorisasi, yang memiliki komponen rata-rata atau mean(M) dan deviasi standar(S), dengan :
- Harga Z minimal adalah 0,5 sebagai ciri adanya kecenderungan arah kendali yang berarti.
Kategori Berdasarkan Signifikasi Perbedaan
Cara kategorisasi yang kedua adalah dengan menguji signifikasi perbedaan antara mean skor empiris atau mean sampel (M) dan mean teoritis atau mean populasi ( ). Kategori ini bertujuan untuk kategorisasi individu ke dalam jenjang-jenjang rendah,sedang,tinggi namun tidak mengasumsikan distribusi populasi yang normal. Aplikasinya terutama apabila jumlah individu dalam kelompok yang hendak didiagnosis tidak begitu besar.
Dengan menggunakan cara ini, tidak ditentukan terlebih dahulu kriteria kategorisasinya melainkan ditetapkan interval skor yang mencakup kategori tengah atau kategori sedang. Untuk itu perlu dihitung suatu interval batas bawah dan batas atas skor-skor yang berbeda secara signifikan dari harga mean populasi, menurut tingkat kepercayaan yang diinginkan. Hal ini dilakukan dengan rumus interval :
Interval ini merupakan interval skor yang digolongkan sebagai kategori tengah atau sedang pada taraf signifikasi sebesar atau taraf kepercayaan sebesar (1- ). Skor yang lebih besar daripada batas-batas interval akan diinterpretasikan sebagai tinggi dan skor yang lebih kecil daripada batas bawah interval diinterpretasikan sebagai rendah. Contoh, suatu skala harga diri memiliki mean teoritis sebesar = 120, mean kelompok M = 95, devisiasi standar sebesar S = 24 dan subjek n sebanyak 100 dengan taraf signifikasi = 0,05. Dari data tersebut, didapatkan t (0,025/2,99)=1,98(diperoleh dari tabel t). Dengan menggunakan rumus interval diatas, diperoleh :
= 120-(1,98)(24/ ) X 120+(1,98) )(24/ )
= 115,25 125
Dengan demikian, diperoleh norma kategorisasi diagnosis berdasarkan skor sebagai berikut bahwa semua subjek yang skornya berada di bawah interval tersebut (X kurang dari 115) didiagnosis sebagai memiliki tingkat harga diri rendah dan semua subjek yang skornya berada diatas interval atau sama dengan interval tersebut didiagnosis sebagai memiliki harga diri tinggi.
Distribusi Normal
Distribusi normal merupakan distribusi kontinu yang sangat penting dalam statistik dan banyak dipakai memecahkan masalah persoalan. Distribusi normal mempunyai persamaan umum sebagai berikut :
Distribusi normal adalah distribusi yang simetris dan berbentuk genta atau lonceng. Pada bentuk tersebut menunjukan bahwa hubungan ordinat pada rata-rata dengan berbagai ordinat pada berbagai jarak simpangan baku yang diukur dari rata-rata.
Distribusi normal memiliki rata-rata varians, dan simpangan baku sebagai berikut.