Warna


Persepsi Visual Warna

Pada masa sekarang orang memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaan saja, tetapi telah memilihnya dengan penuh kesadaran akan keguanaannya. Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuwan memperkenalkan warna, Leonardo Da Vinci menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam dan putih. Kini para ilmuwan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap cara otak menerima serta menginterprestasikan warna. Kemudian perkembangan bidang psikologis juga membawa warna menjadi objek perhatian bagi para psikologis.

Para ilmuan yakin bahwa persepsi visual terutama bergantung kepada interprestasi otak terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata. Warna menyebabkan otak bekerja sama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian warna mempunyai rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi terhadap warna dibandingkan dengan binatang.

Konflik antara warna dan bentuk terhadap persepsi manusia telah dipelajari oleh ahli-ahli psikolog. Pengenalan bentuk merupakan proses perkembangan intelektual sedangkan warna merupakan proses intuisi. Eksperiment menunjukan bahwa anak-anak bila disuruh memilih objek yang sama antara warna dan bentuk, hampir selalu memilih objek yang berwarna.

Sudah umum diketahui bahwa warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan suasana hati seseorang. Pada seni sastra baik sastra lama maupun sastra modern, puisi maupun prosa, sering terungkap prihal warna baik sebagai kiasan atau sebagai perumpamaan. Telah banyak dibuktikan melalui percobaan-percobaan bawha warna mempengaruhi kegiatan fisik dan mental. Warnapun telah dipergunakan untuk alat penyembuhan penyakit mental.

Telah dibuktikan pula bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap warna. Dalam kasus-kasus perorangan reaksi ini kadang-kadang berbeda, karena perbedaan kondisi asosiasi sebelumnnya yang terlupakan atau tertunda sehingga mencurigakan. Sensitivitas perorangan terhadap warna juga berbeda-beda, mulai dari yang supersensitife sampai kepada yang buta warna total, yang mempergunakan indera lainnya seperti ciuman, rabaan, dan rasa (lidah) dalam merasakan warna. (Darmaprawira,  2002 : 30)

Pengaruh Warna Terhadap Emosi

Bila kita perhatikan selera orang terhadap warna itu berbeda-beda, hal tersebut menunjukan warna berpengaruh terhadap emosi setiap orang. Apabila seseorang tidak menyukai warna tertentu mungkin ada sebabnya. Demikian juga respon kita terhadap warna tertentu, karena warna tersebut pernah dipakai oleh orang tertentu yang pernah disenanginnya. Atau ia tidak menyukai warna tertentu karena ia pernah mengalami peristiwa pahit dengan warna tersebut.

Suatu hasil yang dikutif dari A Study in Color Preferences of School Children oleh F.S. Breed dan S.E. Katz memberikan gambaran sebagai berikut :  sejumlah warna diberikan kepada 2.000 orang siswa yang telah melewati masa remaja, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut.

M

J

K

H

B

U

Praremaja

Laki-laki

149

83

92

133

462

79

Perempuan

120

79

116

122

439

151

Pascaremaja

Laki-laki

156

38

27

166

501

113

Perempuan

134

41

72

248

394

123

Penelitian tersebut menggambarkan bahwa hasil percobaan secara kasar telah menunjukan bahwa hasil percobaan secara kasar telah menunjukan bahwa warna yang disukai oleh kebanyakan siswa, baik yang praremaja maupun yang pascaremaja adalah warna biru (B). Warna tersebut disukai oleh lebih dari sepertiga jumlah sampel yang mendekati setengah dari tiap-tiap kelompok. Merah (M) adalah warna kedua yang mereka sukai, dan yang ketiga adalah warna hijau (H), warna ungu (U) menduduki posisi pertengahan. Warna jingga dan warna kuning menduduki warna posisi terakhir, dan jingga rupanya warna yang kurang disukai. Kedua warna terakhir ternyata lebih disukai oleh anak pascaremaja dibanding anak praremaja. Warna merah lebih disukai oleh siswa pascaramaja.

Dalam menginterprestasikan hasil ekspresi anak-anak dari umur 3 sampai 5 tahun, para ahli menyimpulkan bahwa warna-warna cerah menunjukan tendensi emosional yang tinggi. Penggunaan warna biru dan hitam yang berulang-ulang mengindikasikan kontrol pribadi dan penahan emosi. Ada kemungkinan bahwa warna memiliki nilai efektif tertinggi dan memperhatikan ungkapan yang tidak tertahankan. (Darmaprawira,  2002 : 31)

Karakteristik Warna

Dikutip Darmaprawira (2002 : 39), setiap warna memiliki karakteristik tertentu. Yang dimaksud dengan karakteristik dalam hal ini adalah cirri-ciri atau sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu warna. Secara garis besarnya sifat khas yang dimiliki oleh warna ada dua golongan besar, yaitu warna panas dan warna dingin. Diantara keduanya ada yang disebut warna antara atau intermediates. Pada gambar skema warna psikologi yang diambil dari sistem lingkaran warna Oswald dapat dilihat dengan jelas (pada Gambar di bawah), golongan warna panas berpuncak pada warna jingga (J), dan warna dingin berpuncak pada warna biru kehijauan (BH). Warna-warna yang dekat dengan jingga atau merah digolongkan kepada warna panas atau hangat dan warna-warna yang berdekatan dengan warna biru kehijauan termasuk golongan warna dingin atau sejuk.

Warna-warna digolongkan menjadi dua golongan besar tersebut, karena adanya dua alasan yang didasarkan pada arti simbolisnya. Pertama, karena keluarga warna merah sering diasosiasikan dengan matahari, darah, api, dimana baik matahari, darah maupun api adalah benda-benda yang memberikan kesan panas atau merangsang emosi kejiwaan. Warna-warna yang termasuk golongan ini dimulai dari warna merah, jingga kuning, mungkin sampai kuning kehijauan dan merah keunguan. Warna-warna langit, gunung di kejauhan atau warna air dingin pada umumnya membiru atau menghijau. Sifat-sifat warna langit, air, gunung sebaliknya memerikan kesan sejut atau tenang. Kedua, jauh dari sifat yang eksternal, warna seolah-olah menimbulkan efek langsung, baik rasa panas maupun rasa sejuk kepada badan kita. Dalam uraian sensasi warna kita telah mengenal bahwa warna merah menimbulkan emosi tinggi atau lebih kuat dari warna yang lainnya, sementara warna biru adalah kebalikannya. Warna merah dan kuning memiliki kekuatan yang lebih dalam dalam hal kilaunnya, lebik reflektif (lebih banyak memantulkan cahaya) dibanding dengan warna hijau, biru ataau warna biru kehijauan. Warna hijau dan warna ungu masing-masing mengandung unsur warna panas, sehingga dalam lingkaran warna, medan panas lebih luas daripada medan warna sejuk. Sehingga. Ogden Rood mempunyai sistem sendiri tentang pembagian kedua sifat ekstrem dari warna panas dan warna dingin (lihat Gambar di atas).

Hideaki Chijiwa dalam bukunya Color Harminy membuat klasifikasi dari warna-warna, ia pun mengambil dasar dari karakteristiknya yaitu :

  • Warna hangat     :  Merah, kuning dan cokelat, jingga. Dalam lingkaran warna terutama warna-warna yang berada dari merah ke kuning.
  • Warna sejuk       :  Dalam lingkaran warna terletak dari hijau ke ungu melalui  biru.
  • Warna tegas       : Warna biru, merah, kuning, putih dan hitam.
  • Warna tua/gelap :  Warna-warna tua yang mendekati warna hitam (coklat tua, biru tua, dan sebagainya).
  • Warna muda/terang : Warna-warna yang mendekati warna putih.
  • Warna tenggelam    :           Semua warna yang diberi campuran warna abu-abu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *